Siapa bilang kalo ceper udah kembang kempis, “Cuman inovasi ceper stagnan-jalan ditempat,” analisa warga banua indah Jl. bima ini.
Jurus ceper yang diterapkan Yogi pada Supra ‘04 ini masih teknik lama. Pelek depan mengandalkan eks BMX en bannya sekalian. “Sokbreker belakang cuman pake batang as sokbreker. Jadi rigid, lho !” bilangnya. Otomatis selain pinggang sengsara, ban belakang menggerus tangki bensin. Doi rela memampas tangki. Hingga pelek Rossi 1.85×17 berbalur ban Yoko 200×17 bernapas lega. Lho tangki bahan bakarnya gimana ?.
“Pake tangki oli samping milik Yamaha FIZR,” ujar cowok doyan mocep ini. Sayang tuh tangki hanya memuat 1,5 liter doang, doi harus teliti setiap kali keluar JJS. Akibat kedua teknik ceper tersebut, mesin grand berkapasitas 100cc mentok sering menggaruk aspal. Bagian knalpotnya yang sayang, sering mengganggu perjalanan.
Solusinya, Yogi mesti KKN dengan pengrajin knalpot di kawasan Lidah, Cileduk untuk dibikinkan pipa yang nekuk sana-sini dan bermuara di knalpot Karisma. Biar nggak dibilang sebagai mocep biasa-biasa aja maka oleh Yogi bodi Supranya dibawa ke jagoan airbrush yang mangkal di Jl. Petemon. Si Benu Kepreth memberikan dasar putih metalik dengan sentuhan grafis.
Rangka monokok dilabur merah kontras airbrush apalagi jok dibalut kulit oscar. Kelihatan resik juga bagian logam mulai swing arm sampai calter dipoles krom. Pokoke silau, man !.